Selasa, 15 Oktober 2013 - 3 komentar

The Miracle of Water


~ The Miracle of Water ~

The Miracle of Water
Dengan bentuknya yang unik, air-air yang telah dituliskan, diucapkan atau diperdengarkan musik tertentu, membentuk kristal yang berbeda-beda setelah dibekukan pada suhu –15o C.
Bila air tersebut diberikan kata-kata positif, seperti terima kasih, keindahan, kedamaian, kegembiraan dan lain-lain maka terbentuk kristal yang sangat indah dengan berbagai variasinya, laksana berlian. Sebaliknya, bila air-air tersebut diberikan kata-kata negatif, seperti kamu bodoh, tidak berguna, kebencian, amarah dan pembunuhan serta lainnya maka kristal yang muncul begitu menyeramkan
sehingga kita enggan untuk melihatnya lagi.
Seperti bukunya yang terdahulu, The True Power of Water; Hikmah Air dalam Olah Jiwa, Masaru Emoto telah membuka cara pandang kita terhadap air. Umumnya orang menganggap air sebagai benda mati yang dapat kita lakukan semaunya, dicaci maki, disia-siakan dan direndahkan.
Tapi dengan penemuan Masaru Emoto, kita akhirnya sadar bahwa air ternyata juga dapat merespon informasi yang diterimanya. Air adalah benda hidup yang akan senang bila dipuji dan merasa kecewa serta marah bila dicaci maki. Pesan yang disampaikan buku ini sangat jelas, tebarkanlah cinta dan syukur.
The Miracle of WaterEmoto dengan tepat menyatakan harus ada kesimbangan antara cinta yang diberikan dan syukur yang diterima. Dari kedua kata inilah, cinta dan syukur, kristal air terindah terbentuk. Lantas, kenapa Emoto menggabungkan kedua kata ini sekaligus, tidak ditunjukkan secara terpisah kepada air? Secara rasional Emoto menyatakan bahwa cinta adalah energi yang kita berikan pada orang lain. Sedangkan syukur adalah cinta yang kita terima dari orang lain. Dengan kata lain, bentuk terbesar energi ditimbulkan oleh keseimbangan antara energi memberi dan energi menerima.
Dalam menerapkan pelajaran ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari, lanjut Emoto, jika kita ingin menggunakan energi yang sangat hebat ini sebagai kekuatan yang membimbing kita, energi yang ditimbulkan dari sikap memberi saja tidaklah cukup. Begitu pula energi yang ditimbulkan hanya dari sikap menerima. Hanya ketika digabungkan, cinta dan syukur menciptakan hidup yang indah bagi kita, sama seperti kombinasi kedua energi ini menggerakkan bumi dan alam semesta.
Bila kita tarik konsep ini ke dalam ajaran Islam maka akan kita temukan korelasinya terhadap apa yang Rasulullah ajarkan. Rasul tidak pernah mencaci maki makanan. Bila suka maka akan dimakannya dan bila tidak maka makanan itu ditinggalkannya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits:
حدثنا علي بن الجعد أخبرنا شعبة عن الأعمش عن أبي حازم عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ما عاب النبي صلى الله عليه وسلم طعاما قط إن اشتهاه أكله وإلا تركه
Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Tidak pernah Rasulullah Saw mencaci makanan sama sekali. Bila menginginkannya maka beliau memakannya. Bila tidak mau maka beliau tinggalkan.” (Shahih Bukhari, juz III, h. 1306, no. 3370)

Kita diajarkan untuk membaca basmalah sebelum makan dan minum serta mengucapkan hamdalah setelahnya, sebagaimana disebutkan dalam suatu riwayat:
حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع عن سفيان عن الجريري عن أبي الورد عن ابن أعبد أو ابن معبد قال قال علي تدري ما حق الطعام قلت وما حقه قال تقول بسم الله اللهم بارك لنا فيما رزقتنا ثم قال تدري ما شكره قلت وما شكره قال تقول الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا
Ibnu Ma’bad berkata: “Ali bertanya kepadaku ‘Apakah kamu tahu apa hak makanan?’ Kukatakan: ‘Apa itu?’ Ali menjawab: ‘Ucapkan “Dengan nama Allah. Ya Allah berkahilah rizki yang telah Engkau berikan kepada kami”.’ Kemudian Ali berkata lagi ‘Apakah kamu tahu bagaimana cara mensyukurinya?’ Aku berkata: ‘Bagaimana cara mensyukurinya?’ Ali menjawab: ‘Katakan “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami”.’ (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, juz V, h. 139, no. 24509)

Cinta dan syukur merupakan kata yang paling indah. Kita semua hidup di dalam usaha menggapai kedua kebijakan ini Cinta dan syukur menciptkan harmoni yang ditemukan dalam alam. Alangkah indahnya dunia ini bila kita mengisinya dengan ungkapan cinta dan syukur sehingga kedamaian abadi dapat terwujud.