~ The Miracle of Water ~
Dengan bentuknya yang
unik, air-air yang telah dituliskan, diucapkan atau diperdengarkan musik
tertentu, membentuk kristal yang berbeda-beda setelah dibekukan pada suhu –15o
C.
Bila air tersebut
diberikan kata-kata positif, seperti terima kasih, keindahan, kedamaian,
kegembiraan dan lain-lain maka terbentuk kristal yang sangat indah dengan
berbagai variasinya, laksana berlian. Sebaliknya, bila air-air tersebut
diberikan kata-kata negatif, seperti kamu bodoh, tidak berguna, kebencian,
amarah dan pembunuhan serta lainnya maka kristal yang muncul begitu menyeramkan
Seperti bukunya yang
terdahulu, The True Power of Water; Hikmah Air dalam Olah Jiwa, Masaru Emoto
telah membuka cara pandang kita terhadap air. Umumnya orang menganggap air
sebagai benda mati yang dapat kita lakukan semaunya, dicaci maki, disia-siakan
dan direndahkan.
Tapi dengan penemuan
Masaru Emoto, kita akhirnya sadar bahwa air ternyata juga dapat merespon
informasi yang diterimanya. Air adalah benda hidup yang akan senang bila dipuji
dan merasa kecewa serta marah bila dicaci maki. Pesan yang disampaikan buku ini
sangat jelas, tebarkanlah cinta dan syukur.

Dalam menerapkan
pelajaran ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari, lanjut Emoto, jika kita
ingin menggunakan energi yang sangat hebat ini sebagai kekuatan yang membimbing
kita, energi yang ditimbulkan dari sikap memberi saja tidaklah cukup. Begitu
pula energi yang ditimbulkan hanya dari sikap menerima. Hanya ketika
digabungkan, cinta dan syukur menciptakan hidup yang indah bagi kita, sama
seperti kombinasi kedua energi ini menggerakkan bumi dan alam semesta.
Bila kita tarik konsep
ini ke dalam ajaran Islam maka akan kita temukan korelasinya terhadap apa yang
Rasulullah ajarkan. Rasul tidak pernah mencaci maki makanan. Bila suka maka
akan dimakannya dan bila tidak maka makanan itu ditinggalkannya. Sebagaimana
diriwayatkan dalam sebuah hadits:
حدثنا علي بن الجعد أخبرنا شعبة عن الأعمش عن أبي حازم عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ما عاب النبي صلى الله عليه وسلم طعاما قط إن اشتهاه أكله وإلا تركه
Dari Abu Hurairah,
beliau berkata: “Tidak pernah Rasulullah Saw mencaci makanan sama sekali. Bila
menginginkannya maka beliau memakannya. Bila tidak mau maka beliau tinggalkan.”
(Shahih Bukhari, juz III, h. 1306, no. 3370)
Kita diajarkan untuk
membaca basmalah sebelum makan dan minum serta mengucapkan hamdalah setelahnya,
sebagaimana disebutkan dalam suatu riwayat:
حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع عن سفيان عن الجريري عن أبي الورد عن ابن أعبد أو ابن معبد قال قال علي تدري ما حق الطعام قلت وما حقه قال تقول بسم الله اللهم بارك لنا فيما رزقتنا ثم قال تدري ما شكره قلت وما شكره قال تقول الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا
Ibnu Ma’bad berkata:
“Ali bertanya kepadaku ‘Apakah kamu tahu apa hak makanan?’ Kukatakan: ‘Apa
itu?’ Ali menjawab: ‘Ucapkan “Dengan nama Allah. Ya Allah berkahilah rizki yang
telah Engkau berikan kepada kami”.’ Kemudian Ali berkata lagi ‘Apakah kamu tahu
bagaimana cara mensyukurinya?’ Aku berkata: ‘Bagaimana cara mensyukurinya?’ Ali
menjawab: ‘Katakan “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum
kepada kami”.’ (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, juz V, h. 139, no. 24509)
Cinta dan syukur
merupakan kata yang paling indah. Kita semua hidup di dalam usaha menggapai
kedua kebijakan ini Cinta dan syukur menciptkan harmoni yang ditemukan dalam
alam. Alangkah indahnya dunia ini bila kita mengisinya dengan ungkapan cinta
dan syukur sehingga kedamaian abadi dapat terwujud.